Kami, Ridson Family, berdomisili di Kab. Konawe, salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara. Di daerah kami ada beberapa tumbuhan lokal yang mungkin akan jarang ditemui di luar daerah ini. Setidaknya ada 16 jenis plasma nutfah lokal Sulawesi Tenggara diantaranya tandolota, balongga, ubi kayu pulut Kabaena, gambas lokal, kotiwu, kopi gandu (okra), taki daso, palola (terong lokal), tapetua, taopuho, talas lokal, paria lokal, konduru, lengkuas, kunyit dan jahe lokal.
Kali ini karena kecintaan terhadap produk lokal, kita akan membahas salah satu jenis sayuran lokal sulawesi tenggara yang tumbuh di pekarangan rumah. Yang merupakan salah satu sayuran terfavorit kami, saya khususnya (Author), ^_^.
Tandolota
Sampai saat ini kami belum mendapatkan referensi tentang apa nama sayur ini dalam bahasa Indonesia ataupun nama latinnya. Mama sekalipun yang notabene berkecimpung di dunia pertanian masih belum mengetahuinya. Tidak banyak buku atau media sharing internet yang membahas tentang ini. Kalaupun ada kami belum menemukannya, berharap suatu saat nanti ada seseorang yang mungkin juga mengenal tanaman ini yang bisa memberi sedikit pencerahan ^_^ . Apa yang akan saya tuliskan saat ini adalah apa yang kami (Ridsonfamily) ketahui berdasarkan pengalaman berkenalan dengan tanaman Tandolota.
Jenis-jenis Tandolota
Sayur ini adalah sejenis tumbuhan merambat dan sedikit berlendir. Sejauh ini yang kami ketahui ada dua jenis tandolota yang dapat dikonsumsi, tandolota hijau dan tandolota ungu. Perbedaan yang signifikan hanya terletak pada warna dan ukurannya saja. Mari bandingkan!
Tandolota hijau yang tentu berwarna hijau, memiliki lebar daun dan diameter batang yang lebih kecil. Sedangkan Tandolota Ungu berwarna ungu tua, terlihat lebih jumbo, lebar daun selebar telapak tangan orang dewasa dan terkadang ditemui lebih besar.
Selain dua perbedaan itu, persamaannya adalah keduanya sama-sama lezat untuk menjadi menu keseharian, hohohho. Menurut lidah saya, tandolota ungu memilik rasa yang sedikit khas, seperti ada rasa kecut setelah digigit. Makanya saya lebih doyan sama si hijau. Kebalikan dengan Papa yang lebih doyan sama si ungu, karena ukurannya yang katanya menggugah selera ^_^.
Cara Memasak Tandolota
Cara mengolah tandolota sebagai pauk sangatlah mudah. Menurut resep turun temurun dari penduduk lokal berikut adalah cara membuatnya.
Masak air secukupnya dengan irisan bawang putih dan bawang merah sesuai selera. Tambahkan serai yang telah di memar, garam, dan penyedap masakan. Setelah mendidih, masukkan daun tandolota (hijau/ungu/mix) selama 5 menit. Dapat juga ditambahkan sayuran lain seperti Kopi Gandu (Okra), terung, Palola (Terung Lokal), atau Kotiwu (Polula) sebaiknya dimasukkan terlebih dahulu sebelum Tandolota. Setelah itu, tuang dalam wadah segera setelah api dimatikan. Sayur segar siap disantap. Sangat mudah bukan!
Manfaat Tandolota
Selain dapat menyembuhkan kelaparan, sayur tandolota ini dikabarkan dapat menjadi anti oksidan dan pencegah kangker jika dikonsumsi secara terus menerus. Manfaat yang paling bisa dirasakan adalah memperlancar pencernaan, kandungan serat yang dikandung dari sayuran ini sangat baik bagi yang mengalami susah buang air besar (BAB). Yang ini sudah saya buktikan sendiri ^_^. Salah satu yang terpenting adalah sayur ini adalah sayur tanpa penggunaan bahan kimia (Pestisida). Pertumbuhannya sangat baik, tidak terjamah hama ulat, walang, belalang dkk, walaupun tanpa penyemprotan. Jadi sangat aman bagi tubuh. (Serasa menjadi model iklan Tandolota, hehehe)
Menanam Tandolota
Nah sudah tahu kan apa saja manfaat Tandolota. Selanjutnya untuk memperoleh Tandolota, pembaca yang berminat bisa dengan mudah menemukannya di pasar-pasar tradisional di Sulawesi Tenggara, utamanya di Kab. Konawe. Sayur ini dijual dengan harga cukup murah, cukup mengocek Rp 2000,- per ikat atau kalau doyan tawar menawar bisa dapat Rp 5000,- untuk 3 ikat. Murah banget kan.
Jika Anda hobi menanam, memiliki tanaman Tandolota di pekarangan rumah sangatlah tepat. Tanaman ini tidak memerlukan lahan luas, cukup polibek ukuran besar atau langsung tanam ditanah dan sebuah tiang rambatan, maka Anda dapat menikmati sayur ini kapanpun Anda mau. Perkembangbiakannya bisa melalui biji atau tunas batang.
Pertumbuhannya sangat cepat, dalam dua hari tunas baru sudah siap panen. Daunnya juga tidak pernah terlalu tua untuk tidak dapat dikonsumsi. Jadi selalu ready consuming. Karena sifat pertumbuhan yang sangat cepat inilah sehingga saya dan papa pernah memikirkan rencana masa depan. Suatu saat nanti kalau tanaman Tandolota telah terkenal dan di minati banyak orang hingga di luar sulawesi tenggara, kami akan membaut restoran siap saji dengan menu-menu tradisional. Dengan menu utama adalah sayur Tandolota. Desain interiornya karena mengadopsi asas back to nature jadi akan ada gasebo-gasebo dan sisi pagar bagian dalam restoran akan ada kebun kecil yang ditanami Tandolota dan berbagai macam sayuran lokal lainnya. Setiap pemesan bisa metik sendiri sayur apa yang akan dimasak oleh sang koki. Jadi memang benar-benar masakan sayur alami. Yah, tapi semuanya masih diangan-angan, belum mampu direalisasikan. Tertarik? Silahkan tanam modal! Hehhehe.
Demikianlah pembahasan seputar Sayur Tandolota, tanaman lokal Sulawesi Tenggara. Di kesempatan lain, kami akan membahas varietas lokal lainnya. Semoga Bermanfaat!
Bisa beli bibitnya?
BalasHapusTetangga saya ada menanam tanaman jenis ini, batangnya Ungu, daunnya hijau tua dan terlihat segar. Tanaman ini sejenis dengan pohon Imaging. Kalau ditanam di pot dia tidak begitu besar daun maupun batangnya, tapi kalau ditanam ditanah dian akan besar. Khasiat tanaman ini masih belum teruji sama saya tapi akan saya coba untuk apa saja kegunaannya untuk kesehatan. Saya tinggal di Kota Depok, Jawa Barat. Lebih tepatnya di Lingkungan Cipayung, Abadijaya, Sukmajaya. Saya seperti pernah melihat tanaman ini tapi saya lupa dibana, makanya saya coba cari2 di Google, ternyata ini yang saya dapat. Semoga tanaman ini banyak kegunaannya
BalasHapusBayam Malabar (Basella alba)
HapusSayur yg sangat berkhasiat buat pencernaan
BalasHapusMantap
BalasHapusTerima kasih informasinya, sekarang lagi teliti di Laboratorium USN Kolaka
BalasHapusProf. Ruslin Hadanu
Bisa googling ya sekarang informasinya sudah banyak mengenai daun ini, silkan cari daun binahong.
BalasHapus